Atraksi dalam
Komunikasi Interpersonal
Atraksi
interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik
seseorang. Adanya daya tarik ini membentuk rasa suka. Rasa suka pada seseorang
umumnya membuat orang yang kita sukai menjadi signifikan bagi kita. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi daya tarik seseorang dengan orang lain adalah
(1) faktor-faktor personal, meliputi: a) kesamaan karakteristik personal;
cognitive consistency theory dari Fritz Heider mengemukakan bahwa orang
cenderung memiliki sikap yang sama dengan orang yang disukai; b) tekanan
emosional (stress), c) harga diri yang rendah, d) isolasi sosial. (2)
faktor-faktor situasional, dapat berupa: a) daya tarik fisik, b) ganjaran
(reward), c) familiarity, d) kedekatan (clonseness), e) kemampuan.
Dalam hubungan
dengan atraksi interpersonal ini ada 4 (empat) teori “liking” yang menjelaskan
(1) Reinforcement theory menjelaskan bahwa seseorang menyukai orang lain adalah
sebagai hasil belajar. (2) Equity theory menyatakan bahwa dalam suatu hubungan,
manusia selalu cenderung menjaga keseimbangan antara harga (cost) yang
dikeluarkan dengan ganjaran (reward) yang diperoleh. (3) Exchange theory
berpendapat bahwa interaksi sosial diibaratkan sebagai transaksi dagang. Jika
orang kenal pada seseorang yang mendatangkan keuntungan ekonomis dan
psikologis, akan lebih disukai. (4) Gain-loss theory berpendapat bahwa orang
cenderung lebih menyukai orang-orang yang menguntungkan bagi kita dan kurang
tertarik pada orang-orang yang merugikan kita.
Dalam komunikasi
interpersonal, daya tarik seseorang sangat penting. Kalau kita menyukai
seseorang, akan cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengannya, positif.
Sebaliknya, kalau kita tidak menyukainya, kita akan melihat segalanya secara
negatif. Dengan demikian bisa dimengerti orang yang memiliki daya tarik bagi
orang lain akan mempermudah pendapat dan sikapnya pada orang tersebut demikian
sebaliknya. Jika orang saling menyukai ia akan mengembangkan komunikasi yang
menyenangkan dan efektif. Orang akan merasa senang dan nyaman jika berada di
antara orang-orang yang disukai. Sebaliknya akan merasa tegang dan resah bila
berada di antara orang-orang yang tidak disukai serta ingin mengakhirinya.
Hakikat dari
hubungan interpersonal adalah bahwa ketika berkomunikasi, kita bukan hanya
menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal.
Jadi, kita bukan sekedar menentukan content tetapi juga relationship. Pandangan
ini merupakan hal baru dan untuk menunjukkan hubungan pesan komunikan ini
disebut sebagai metakomunikasi.
Dalam hal ini
berarti bahwa studi komunikasi interpersonal bergeser dari isi pesan kepada
aspek relasional. Aspek relasional inilah yang menjadi unit analisis dari
komunikasi interpersonal. Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan
bahwa makin baik hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk
mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya sehingga makin efektif
komunikasi itu berlangsung.
Hubungan
interpersonal terbentuk ketika proses pengolahan pesan, (baik verbal maupun
nonverbal) secara timbal balik terjadi dan hal ini dinamakan komunikasi
interpersonal. Ketika hubungan interpersonal interpersonal tumbuh, terjadi pula
kesepakatan tentang aturan berkomunikasi antara para partisipan yang terlibat.
1) Jumlah individu
yang terlibat yaitu hubungan diad dan hubungan triad. Hubungan diad adalah
hubungan antara dua individu. William Wimot mengemukakan ciri-ciri hubungan
interpersonal diad, antara lain adanya tujuan khusus, adanya fungsi yang
berbeda, memiliki pola komunikasi yang khas.
Hubungan triad
adalah hubungan interpersonal antara tiga orang. Dibandingkan dengan hubungan
diad, hubungan ini lebih kompleks, tingkat keintiman rendah dan keputusan yang
diambil berdasarkan voting.
1.
Berdasarkan tujuan
yang ingin dicapai, adalah hubungan tugas (task relationship) dan hubungan
sosial (social relationship).
6.
deteriorasi. Dalam
kenyataannya, hubungan itu tidak selalu berjalan selaras dan bertahap seperti
tersebut di atas, tetapi bisa tidak berurutan.
Mengenai
tahap-tahap tersebut, Jalaluddin Rakhmat menyimpulkan bahwa perkembangan
hubungan interpersonal melalui tiga tahap:
Apabila dalam
hubungan interpersonal terjadi konflik, akibat yang mungkin terjadi adalah
berakhirnya hubungan interpersonal atau sebaliknya, meningkatnya kualitas
hubungan. R.D. Nye, mengemukakan lima sumber konflik, yaitu:
Dalam hubungan
interpersonal, akan tumbuh apa yang dinamakan pola-pola relasional sebagai
hasil dari aturan yang dikembangkan oleh partisipan bagimana pola-pola
relasional ini berkembang akan tergantung pada bagaimana komunikasi dilakukan.
Ruben menyebut
Dalam hungan
interpersonal, akan tumbuh yang dinamakan pola-pola relasional sebagai hasil
dari aturan yang dikembangkan oleh partisipan. Bagaimana pola-pola relasional
ini berkembang akan tergantung pada bagimana komunikasi dilakukan. Ruben
menyebutkan ada empat pola relasional:
Mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola hubungan interpersonal,
menurut Ruben adalah:
Sedang Jalaluddin
Rakhmat mengemukakan tiga faktor yang dapat menumbuhkan hubungan interpersonal,
yaitu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar