Senin, 30 April 2012

Analisis komunikasi antar pribadi


Analisis komunikasi antar pribadi

Dalam hubungan komunikasi dengan orang lain, pada dasarnya seseorang pasti melakukan proses prediktif. Maksudnya adalah memperediksi tentang bagaimana lawan bicara saya. Dan dari proses prediksi inilah, akan timbul pertanyaan – pertanyaan seperti : bagaimana sifat orang ini? Apakah dapat dipercaya? Apakah dia menyukainya? Bagaimana agar dia menyukai saya? Dan sebagainya.

Menurut Gerald R. Miller dan Mark Steinberg (1975) ada 3 tingkatan analisis yang digunakan dalam melakukan prediksi yaitu :
1. tingkat kultural
menurut koentjaraningrat atau ahli antropologi Indonesia, kebudayaan didefinisikan sebagai “keseluruhan gagasan dan karya manusia yang dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karya itu,” inti dari definisi tersebut bahwa kebudayaan merupakan produk manusia sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia yang ada diluar diri individu yang harus dipelajari seperti bahasa, seni lukis dan sebagainya.
Pada analisis tingkat cultural, guna mencapai efek yang diharapkan komunikator dalam melakukan prediksi paling tidak harus mengerti dan memahami kultur, terutama yang bersifat material dari pihak yang diajak berkomunikasi.
Analisis cultural memiliki batas – batas geografis, dimana adat istiadat, kebiasaan, dan budaya serta bahasa di setiap tempat berbeda – beda.
2. tingkat sosiologis
apabila komunikator melakukan prediksi mengenai reaksi komunikan terhadap pesan yang ia sampaikan berdasarkan keanggotaan komunikan dalam kelompok sosial tertentu, maka dapat dikatakan bahwa komunikator melakukan prediksi pada tingkat sosiologis.
Dalam tingkat sosiologis, komunikator melakukan prediksi, yaitu berupa nilai dan norma kelompok yang dianut pihak lain tersebut.
3. tingkat psikologis
prediksi tingkat psikologis adalah prediksi yang dibuat oleh komunikator terhadap reaksi komunikan sebagai akibat menerima suatu pesan didasarkan pada analisis pengalaman individual yang unik dari komunikan.
Dalam prediksi tingkat psikologis, memiliki karakteristik khas dari kepribadian pihak lain itu .

 http://mariberkomunikasi.blogspot.com/2009/08/tingkat-analisis-dalam-melakukan.html

Teori-teori dalam komunikasi antar pribadi

Teori-teori dalam komunikasi antar pribadi

1. Teori Semiotika

Semiotika (semiotics) berasal dari bahasa Yunani “semeion” yang berarti tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif, mampu menggantikan suatu yang lain (stand for something else) yang dapat dipikirkan atau dibayangkan (Broadbent, 1980).

Semiotika (semiotics) adalah salah satu dari ilmu yang oleh beberapa ahli/pemikir dikaitkan dengan kedustaan, kebohongan, dan kepalsuan, sebuah teori dusta. Jadi, ada asumsi terhadap teori dusta ini serta beberapa teori lainnya yang sejenis, yang dijadikan sebagai titik berangkat dari sebuah kecenderungan semiotika, yang kemudian disebut juga sebagai hipersemiotika (hyper-semiotics). Umberto Eco yang menulis tentang teori semiotika ini mengatakan bahwa semiotika “…pada prinsipnya adalah sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berdusta (lie).” Definisi Eco cukup mencengangkan banyak orang, secara eksplisit menjelaskan betapa sentralnya konsep dusta di dalam wacana semiotika, sehingga dusta tampaknya menjadi prinsip utama semiotika itu sendiri.

2. Teori Kode

Kode adalah seperangkat aturan atau konvensi (kesepakatan) bersama yang di dalamnya tanda-tanda dapat dikombinasikan, sehingga memungkinkan pesan dapat dikomunikasikan dari seseorang kepada yang lain (Eco, 1979).

Di dalam kehidupan manusia banyak ditemukan penggunaan kode-kode sebagai perwujudan suatu makna tertentu. Salah satunya adalah budaya, budaya dapat dianggap sebagai kumpulan kode yang membentuk tingkah laku manusia, menjadi bermacam tingkatan dan cara, tergantung pada lingkungan. Ada 2 arti dari istilah “kode”. Pertama, kode menunjukkan bentuk status yang sistematis, aturan, dan sebagainya. Kedua, kode menyangkut suatu ide rahasia, satu set bentuk, huruf, atau simbol yang mengaburkan arti, dan dapat dipecahkan bila diketahui penyusunan pokok kode tersebut. Jika kedua aspek tersebut dikombinasikan (sistematis dan rahasia), maka kode tersebut kemudian dikenali sebagai kode kultur (culture code), yaitu mengarah dalam budaya yang tidak dikenal tetapi mempunyai struktur jelas dan spesifik.

3. USES AND GRATIFICATIONS (KEGUNAAN DAN KEPUASAN)

Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kebutuhan (bahasa Inggris: Uses and Gratification Theory) adalah salah satu teori komunikasi dimana titik-berat penelitian dilakukan pada pemirsa sebagai penentu pemilihan pesan dan media.
 Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan dapat dilihat sebagai kecenderungan yang lebih luas oleh peneliti media yang membuka ruang untuk umpan balik dan penerjemahan prilaku yang lebih beragam. Namun beberapa komentar berargumentasi bahwa pemenuhan kepuasan seharusnya dapat dilihat sebagai efek, contohnya film horror secara umum menghasilkan respon yang sama pada pemirsanya, lagipula banyak orang sebenarnya telah menghabiskan waktu di depan TV lebih banyak daripada yang mereka rencanakan. Menonton TV sendiri telah membentuk opini apa yang dibutuhkan pemirsa dan membentuk harapan-harapan.

Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan pada awalnya muncul ditahun 1940 dan mengalami kemunculan kembali dan penguatan di tahun 1970an dan 1980an. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz (1974). Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenhi kebutuhannya. Artinya pengguna media mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.

 http://mariberkomunikasi.blogspot.com/2009/08/teori-teori-dalam-komunikasi.html

Komunikasi antar pribadi dan keterampilan komunikasi

 Komunikasi antar pribadi dan keterampilan komunikasi

Komunikasi merupakan proses pemindahan informasi dan pengertian antara dua orang atau lebih, dimana masing-masing berusaha untuk memberikan arti pada pesan-pesan simbolik yang dikirim melalui suatu media.
Dalam pengertian tersebut, Saya ingin menegaskan dua hal tentang komunikasi. Pertama, komunikasi tidak hanya meliputi dua orang atau  lebih saja, tetapi juga melibatkan usaha mereka untuk mengerti  bagaimana berhubungan satu sama lain. Kedua, komunikasi menggunakan simbol-simbol, yang dapat berupa gerak tangan, suara, huruf-huruf, angka-angka, dan kata-kata yang mengungkapkan gagasan-gagasan yang dimaksudkan untuk berkomunikasi.
Mengapa keterampilan komunikasi sangat penting bagi para manajer? Sedikitnya ada dua alasan yang sangat penting, yaitu :
1)    Komunikasi merupakan pilar utama penyelenggaraan fungsi-fungsi manajemen. Proses komunikasi memungkinkan para maanjer menunaikan tanggung jawab atas tugas-tugasnya. Informasi harus dikomunikasikan kepada para pemimpin agar mereka memiliki dasar untuk merencanakan. Perencanaan harus dikomunikasikan kepada yang lain dalam rangkaian penyelenggaraan dan penyelesaian kegiatan. Penyelenggaraan membutuhkan adanya komunikasi antar individu mengenai kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan. Pengendalian membutuhkan adanya komunikasi antara pemimpin dan bawahan tentang bagaimana tujuan-tujuan kelompok kerja dapat dicapai. Demikian pula, komunikasi secara lisan dan tertulis merupakan bagian penting dalam pengawasan.
2)    Komunikasi merupakan kegiatan yang menyita sebagian besar waktu kerja para manajer. Para manajer menggunakan sebagian besar waktunya untuk berkomunikasi, baik dengan jalan tatap muka maupun melalui tilpun. Apabila mereka sedang tidak melakukan pembicaraan, mereka akan menulis atau mendiktekan catatan-catatan, surat-surat, atau laporan-laporan. Kalau tidak, mereka harus membaca catatan-catatan, surat-surat, atau laporan-laporan yang diterima. Dari penjelasan-penjelasan ini tampak sekali ketergantungan fungsi-fungsi manajemen pada proses komunikasi.
ELEMEN KOMUNIKASI
Terdapat delapan elemen yang menentukan efektivitas komunikasi, yaitu :
1)    Pengirim, orang-orang yang mengawali suatu komunikasi.
2)    Penerima, orang-orang yang melalui inderanya menerima pesan-pesan dari Pengirim.
3)    Encoding, proses mengubah gagasan atau informasi ke dalam rangkaian simbol atau isyarat. Dalam proses ini, gagasan atau informasi diterjemahkan ke dalam simbol-simbol (biasanya dalam bentuk kata-kata atau isyarat) yang memiliki kesamaan arti dengan simbol-simbol yang dimiliki Penerima.
4)    Pesan, bentuk fisik dari informasi-informasi atau gagasan-gagasan yang telah diubah oleh pengirim. Pesan biasanya diberikan dalam bentuk-bentuk yang dapat dihayati dan ditangkap oleh salah satu indera atau lebih dari penerima. Perkataan dapat didengar, tulisan tangan dapat dibaca, dan isyarat-isyarat tangan dapat dilihat, dan sentuhan tangan dapat dirasakan sebagai ancaman atau kehangatan. Pesan-pesan non-verbal merupakan bentuk yang sangat penting terutama di dalam menekankan arti atau memberikan reaksi-reaksi secara terbuka.
5)    Decoding, proses penterjemahan terhadap pesan-pesan yang dikirim oleh Pengirim kepada Penerima. Proses ini dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman masa lampau, penggunaan interprestasi yang bersifat pribadi terhadap simbol-simbol atau isyarat-isyarat, harapan-harapan, dan saling pengertian dengan Pengirim. Komunikasi lebih efektif dan efisien apabila pesan yang diterjemahkan oleh penerima seimbang atau sesuai dengan pesan-pesan yang dimaksudkan oleh Pengirim.
6)    Channel, cara/saluran/jalan pengiriman suatu pesan. Hal ini seringkali dapat dipisahkan dari pesan. Agar komunikasi dapat berjalan secara efisien dan efektif, Channel haruslah sesuai dengan pesan yang hendak dikirim.
7)    Noise, faktor pengganggu jalannya komunikasi. Munculnya gangguan ini bisa pada setiap tahap komunikasi.
8)    Feedback (umpan balik), reaksi atau ekspresi Penerima terhadap pesan-pesan yang telah diterimanya, dan dikomunikasikan kepada Pengirim. Dengan adanya umpan balik, Pengirim dapat mengetahui sejauh mana pesan-pesan yang telah dikirimnya bisa diterima oleh Penerima.

 http://leapinstitute.com/article/keterampilan-komunikasi-antar-pribadi-sebuah-pengantar

Etika dalam komunikasi antar pribadi

 Etika dalam komunikasi antar pribadi

Sedangkan Etika dalam bahasa Yunani Kuno adalah Ethos yaitu kebiasaan, watak, perasaan, sikap dan cara berpikir. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, Etika dapat dijelaskan dengan membedakan 3 arti, sebagai berikut :
  1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak serta kewajiban moral
  2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
  3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan masyarakat.
Ada 2 jenis etika jika dikaitkan dengan nilai-nilai dan norma-norma yakni :
  • Etika Deskriptif
Etika Deskriptif berbicara mengenai fakta apa adanya, yaitu mengenai nilai dan pola perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit yang membudaya. Ia berbicara mengenai kenyataan penghayatan nilai, tanpa menilai, dalam suatu masyarakat, tentang sikap orang dalam menghadapi hidup ini, dan tentang kondisi-kondisi yang memungkinkan manusia bertindak secara etis.
  • Etika Normatif
Etika Normatif berbicara mengenai norma-norma yang menuntun tingkah laku manusia, serta memberi penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma. Ia menghimbau manusia untuk bertindak yang baik dan menghindari yang jelek.
Aristoteles dalam Bertens (2001) teorinya yang dikenal tentang moral dan etika, digunakan istilah “ethe” yang pengertiannya adalah mengenai baik-buruknya suatu sifat yang dalam bahasa latin kata “ethikos” diterjemahkan menjadi “mores” yang berarti kebiasaan. Istilah itu kemudian berubah, karena selain kata “ethos” yang berarti kualitas suatu sifat, digunakan juga istilah etos yang berarti suatu cara berpikir dan merasakan, suatu cara bertindak dan bertingkah laku yang member cirri khas kepemilikan seseorang terhadap kelompok dan sekaligus merupakan tugas. Istilah yang kedua ini sesuai dengan terjemahannya dalam bahasa latin disebut juga sebagai “moralis” atau adat, kebiasaan. Istilah “moralis” ini kemudian menjadi teknis yang tidak lagi berarti kebiasaan tetapi mengandung makna moral. Sekarang moral selalu dikaitkan dengan kewajiban khusus, dihubungkan dengan norma sebagai cara bertindak yang berupa tuntutan yang relatif dan mutlak. Jadi, moral merupakan wacana normatif dalam kajian buruk dan baiknya suatu etika.
  1. Etika berbeda dengan Etiket
Kata yang sering dianggap serupa maknanya dengan kata etika (ethics) adalah kata etiket (etiquette). Mungkin karena intonasinya yang serupa kemudian keduanya dengan mudahnya dicampuradukan, padahal keduanya memiliki makna yang berbeda. Etika di sini dipahami sebagai moral, sedangkan etiket hanya berkaitan dengan sopan santun. Perbedaan diantara keduanya dapat digambarkan sebagai berikut :
Tabel 1 : Perbedaan Etika dan Etiket menurut Bertens  (Bertens, 2001)

No.
Etiket
Etika
1
Menyangkut nilai sopan santun sesuatu yang diperlihatkan yang mengandung nilai pada seorang individu di mata individu lainnya misalnya menyalami orang yang lebih tua.
Etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu tindakan, namun etika mencakup pemberian norma terhadap perbuatan itu sendiri yang berlaku mutlak
2
Etiket hanya berlaku di pergaulan. Artinya jika tidak dilihat oleh orang lain berarti tidak berlaku
Etika berlaku tidak tergantung pada pergaulan dan ada atau tidaknya orag lain karena cakupannya lebih luas
3
Etiket bersifat relatif. Contohnya bersendawa ketika makan, sebagian membolehkan sementara sebagian lagi menganggap tidak beretiket
Etika bersifat jauh lebih absolut dibanding etiket. Contohnya ”larangan membunuh” yang berlaku absolut
4
Etiket hanya memandang manusia dari sisi lahiriah semata
Etika menyangkut sisi lahir maupun batin manusia.
Secara umum, Etika adalah berarti moral yang menyangkut nilai kehidupan manusia sedangkan Etiket adalah apa yang terlihat di luar. Dalam tata pergaulan etiket adalah sopan santun. Namun, persamaannya terletak pada objek kajiannya yakni manusia.

Konsep diri dan komunikasi antar pribadi.



 Konsep diri dan komunikasi antar pribadi.

Dalam konsep diri ini, kita bisa membayangkan bagaimana kita bercermin untuk mengetahui siapa sesunguhnya diri kita. Menurut Rakhmat (1985:124) menjelaskan proses bercermin diri itu melalui tahapan-tahapan berikut ini. Pertama, kita membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain. Kedua, kita membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita. Ketiga, kita mengalami rasa bangga atau kecewa pada diri kita sendiri.
Sebelum beranjak lebih jauh, ada baiknya kita merumuskan dulu, apa yang dimaksud dengan konsep diri. Debes merumuskan konsep diri dengan mengutif Devito, ”merupakan gambaran siapa diri kita sebenarnya.” Menurut Debes, konsep diri juga dinyatakan sebagai keseluruhan gambaran tentang diri kita. Maksud keseluruhan gambaran disini mencakup diri psikologis, diri fisik, diri spiritual, diri sosial, dan diri intelektual. Demikian, konsep diri merupakan persepsi kita pada bagian-bagian tadi untuk dipadukan dan membentuk keseluruhan gambaran. Penting diingat, konsep diri ini bukan pandangan orang lain pada kita melainkan pandangan kita sendiri atas diri kita.
Sedangkan William D. Brooks (dalam Rakhmat, 1998:125) menyebut konsep diri sebagai ”persepsi-persepsi fisik, sosial, dan psikologis atas diri kita sendiri yang bersumber dari pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain”. Berdasarkan definisi dari Brooks tersebut, kita bisa menguraikannya sebagai berikut.
1.      Persepsi fisik, yang berkaitan dengan bagaiman akita mempersepsi diri kita secara fisik. Apakah kita ini termasuk orang yang tampan/cantik, biasa-biasa saja atau jelek? Apakah badan kita terlihat gagah atau tidak menarik?
2.      Persepsi sosial, yang berkaitan dengan bagaimana orang lain tentang diri kita. Apakah ini termasuk orang yang mudah bergaul, cenderung menyendiri, disukai orang lain atau orang yang ingin menang sendiri.
3.      Persepsi psikologis, yang berkaitan dengan apa yang ada pada ”dalam” diri kita. Apakah saya ini orang yang keras pendirian atau keras kepala? Apakah saya termsuk orang yang bahagia karena apa saya bahagia?
4.      Pengalaman, yang terkait dengan sejarah hidup kita. Sejak mulai kita dilahirkan hingga usia saat ini tentu mengalami berbagai hal yang berpengaruh pada diri kita. Misalnya, kita menjadi keras kepala karena sering diperlakukan sebagai anak yang berada pada pihak yang salah.
5.      Interaksi dengan orang lain, yang terkait bagaimana interaksi dengan orang lain akhirnya membentuk persepsi psikologis bahwa dirinya termasuk orang yang tidak bisa bekerja.

 http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=konsep%20diri%20dan%20komunikasi%20antar%20pribadi&source=web&cd=7&sqi=2&ved=0CEcQFjAG&url=http%3A%2F%2Fcai.elearning.gunadarma.ac.id%2Fwebbasedmedia%2Fdownload.php%3Ffile%3Dmodul-3.doc&ei=3YKeT8CKJYy3rAf6kpFg&usg=AFQjCNHIrMsx7llZCCyUHMSQvnbVeYWCoQ&cad=rja

KOMUNIKASI NONVERBAL DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

KOMUNIKASI NONVERBAL DALAM KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI


Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.
Para ahli di bidang komunikasi nonverbal biasanya menggunakan definisi "tidak menggunakan kata" dengan ketat, dan tidak menyamakan komunikasi non-verbal dengan komunikasi nonlisan. Contohnya, bahasa isyarat dan tulisan tidak dianggap sebagai komunikasi nonverbal karena menggunakan kata, sedangkan intonasi dan gaya berbicara tergolong sebagai komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal juga berbeda dengan komunikasi bawah sadar, yang dapat berupa komunikasi verbal ataupun nonverbal.


 
Jenis-jenis komunikasi nonverbal
Komunikasi objek
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/2/24/Traffic_policeman.jpg/250px-Traffic_policeman.jpg
http://bits.wikimedia.org/skins-1.19/common/images/magnify-clip.png
Seorang polisi yang menggunakan seragam merupakan salah satu bentuk komunikasi objek.
Komunikasi objek yang paling umum adalah penggunaan pakaian. Orang sering dinilai dari jenis pakaian yang digunakannya, walaupun ini dianggap termasuk salah satu bentuk stereotipe. Misalnya orang sering lebih menyukai orang lain yang cara berpakaiannya menarik. Selain itu, dalam wawancara pekerjaan seseorang yang berpakaian cenderung lebih mudah mendapat pekerjaan daripada yang tidak. Contoh lain dari penggunaan komunikasi objek adalah seragam.
Sentuhan
Haptik adalah bidang yang mempelajari sentuhan sebagai komunikasi nonverbal. Sentuhan dapat termasuk: bersalaman, menggenggam tangan, berciuman, sentuhan di punggung, mengelus-elus, pukulan, dan lain-lain. Masing-masing bentuk komunikasi ini menyampaikan pesan tentang tujuan atau perasaan dari sang penyentuh. Sentuhan juga dapat menyebabkan suatu perasaan pada sang penerima sentuhan, baik positif ataupun negatif.
Kronemik
Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal meliputi durasi yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang dianggap patut dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality).[1]
Gerakan tubuh
Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata atau frasa, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya; untuk mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan, misalnya memukul meja untuk menunjukkan kemarahan; untuk mengatur atau menngendalikan jalannya percakapan; atau untuk melepaskan ketegangan.[2][3]
Proxemik
Proxemik atau bahasa ruang, yaitu jarak yang Anda gunakan ketika berkomunikasi dengan orang lain, termasuk juga tempat atau lokasi posisi Anda berada. Pengaturan jarak menentukan seberapa jauh atau seberapa dekat tingkat keakraban Anda dengan orang lain, menunjukkan seberapa besar penghargaan, suka atau tidak suka dan perhatian Anda terhadap orang lain, selain itu juga menunjukkan simbol sosial. Dalam ruang personal, dapat dibedakan menjadi 4 ruang interpersonal :
  • Jarak intim
    Jarak dari mulai bersentuhan sampai jarak satu setengah kaki. Biasanya jarak ini untuk bercinta, melindungi, dan menyenangkan.
  • Jarak personal
    Jarak yang menunjukkan perasaan masing - masing pihak yang berkomunikasi dan juga menunjukkan keakraban dalam suatu hubungan, jarak ini berkisar antara satu setengah kaki sampai empat kaki.
  • Jarak sosial
    Dalam jarak ini pembicara menyadari betul kehadiran orang lain, karena itu dalam jarak ini pembicara berusaha tidak mengganggu dan menekan orang lain, keberadaannya terlihat dari pengaturan jarak antara empat kaki hingga dua belas kaki.
  • Jarak publik
    Jarak publik yakni berkisar antara dua belas kaki sampai tak terhingga.[4]
Vokalik
Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu cara berbicara. Ilmu yang mempelajari hal ini disebut paralinguistik. Contohnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain. Selain itu, penggunaan suara-suara pengisi seperti "mm", "e", "o", "um", saat berbicara juga tergolong unsur vokalik, dan dalam komunikasi yang baik hal-hal seperti ini harus dihindari.[5]
Lingkungan
Lingkungan juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu. Diantaranya adalah penggunaan ruang, jarak, temperatur, penerangan, dan warna.[6]
Fungsi Komunikasi Nonverbal
Fungsi pertama : Repetisi
Perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal. Misalnya, Anda menganggukkan kepala ketika mengatakan "Ya," atau menggelengkan kepala ketika mengatakan "Tidak," atau menunjukkan arah (dengan telunjuk) ke mana seseorang harus pergi untuk menemukan WC.
Fungsi Kedua : Subtitusi
Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal, jadi tanpa berbicara Anda bisa berinteraksi dengan orang lain. Misalnya, seorang pengamen mendatangi mobil Anda kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun Anda menggoyangkan tangan Anda dengan telapak tangan mengarah ke depan (sebagai kata pengganti "Tidak").
Isyarat nonverbal yang menggantikan kata atau frasa inilah yang disebut emblem.
Fungsi Ketiga : Kontradiksi
Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal dan bisa memberikan makna lain terhadap pesan verbal . Misalnya, Anda memuji prestasi teman sambil mencibirkan bibir.
Fungsi Keempat : Aksentuasi

Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal. Misalnya, menggunakan gerakan tangan, nada suara yang melambat ketika berpidato. Isyarat nonverball tersebut disebut affect display.
Fungsi Kelima : Komplemen
Perilaku Nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal. Misalnya, saat kuliah akan berakhir, Anda melihat jam tangan dua-tiga kali sehingga dosen segera menutup kuliahnya.

 http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_nonverbal